Langitku di Makassar

Blog ini berceritra dibalik sebuah peristiwa,keajaiban kehidupan yang kulalui selama hidupku..Ada saja hal yang terselip pada sebuah kehidupan..maka kutulislah dalam sebuah karangan kehidupan..juga ada kisah hati..selamat membaca....

Sabtu, 07 Juli 2007

Pesta 7-07-007


Hari ini tepat tanggal 07-07 2007. Penanggalan ini mungkin tidak hanya dijadikan sebagai hari baik bagi orang-orang Bugis-Makassar, tapi juga bagi suku lain. Orang Bugis-Makassar menilainya sebagai hari baik karena tepat tanggal 07-07-2007. Dalam bahasa bugis, tujuh artinya mattuju-tuju.Artinya segala urusan selalu tepat. Makanya pada penanggalan 07 ini sejumlah acara dilakukan di kota daeng ini.


Sekitar jam 08.00 Wita, saya sudah mulai aktivitasku.Mengitari Makassar dan mencari sebuah handphone CDMA. Puluhan toko Handphone telah aku lalu, namun tak satu pun phonsel yang kucari, yaitu Motorola W335. Kata penjual phonsel sudah sebulan phonsel itu tidak dijual. Harganya sekitar Rp. 700.000. Ah, akhirnya aku berjalan begitu saja dan tiba-tiba di hadapan terlihat segerombolan manusia menggunakan pakaian norak dan terang benderang di tepi jalan Bawakaraeng Makassar. Aku pikir, mungkin mereka mau unjuk rasa, atau siapa tau ada kecelekaan. Ah naluri jurnalistik ini memang selalu ada kapan saja.


Aku lihat segerombolan itu baru saja turun dari angkutan umum atau orang Makassar menyebutnya pete-pete. Sejumlah orang tua, ibu-ibu lengkap dengan pakaian baju bodo, pakaian adat Bugis-Makassar. Pakaian adat ini nampak terlihat seksi, apalagi jika digunakan oleh gadis-gadis Makassar. Karena bentuknya agak longgar dan transparan. Belum lagi warnanya yang huh..sangat kontras. Ada warna biru,merah,ungun dan pink. Sarungnya pun harus sesuai dengan warna baju bodo.


Rupanya hari ini, sejumlah warga Bugis-Makassar memilih sebagai hari perkawinan atau akad nikah. Seperti yang kulihat pagi ini. Puluhan gadis membawa sejumlah peralatan perkawinan atau disebut sebagai erang-erang. Yang membawanya memang harus gadis dari pihak pengantin pria. Diantara barang-barang tersebut, antara lain sepatu buat pengantin perempuan,alat rias,cincin,seperangkat sholat,kalung,gelang,sarung adat. Semuanya dibungkus lalu dibosara'kan. inilah salah satu prosesi perkawinan adat Bugis-Makassar,yaitu mapparola dalam bahasa bugisnya sementara dalam bahasa makassar disebut a'lekka.


Jika hendak melihat starata kekayaan orang Bugis Makassar maka dapat terlihat pada saat pesta perkawinan. Penampilan ekstrim akan terlihat jelas. Baju bodo yang terang benderang,gelang emas di tangan berkilauan hingga beberapa gram, kalung panjang hingga sedada.Belum lagi jika yang memakainya telah menunaikan ibadah haji ,Muhammaddarasulullah- maka kita akan melihat penampilan yang sangat kontras. Tapi memang begitulah kebiasaan orang-orang Bugis-Makassar. Mereka akan perlihatkan stratanya pada saat pesta perkawinan.


Buka hanya pesta perkawinan yang banyak digelar di kota ini. Grand opening sebuah perusahaan besar pun juga digelar, seperti yang dilakukan oleh Harian Fajar Makasar. Saat meresmikan Graha Pena Makassar, bosnya Alwi Hamu memilih tanggal 07-07-2007 jam 07.00 Wita. Serupa yang dilakukan oleh Pangdam Wirabuana, yang menikahkan anaknya di Jakarta tepat hari ini juga.


Inilah hari penggalan bagi orang Bugis-Makassar yang dianggap sangat baik. Berbeda dengan tahun lalu, saat tanggal 06-06 2006. Nyaris tidak ada yang memilih tanggal itu untuk membikin acara. Dalam Bahasa Bugis Makassar angka 6 adalah manenneng. Artinya sedih atau hari penuh kesedihan.


***editor4no07/07/07***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda