Langitku di Makassar

Blog ini berceritra dibalik sebuah peristiwa,keajaiban kehidupan yang kulalui selama hidupku..Ada saja hal yang terselip pada sebuah kehidupan..maka kutulislah dalam sebuah karangan kehidupan..juga ada kisah hati..selamat membaca....

Minggu, 08 Juli 2007

Fenomena Bakso Mas Daeng


Tak perlu saya menjelaskan asal muasal kedua kata Mas-Daeng. Mas kan sudah jelas berasal dari Pulau Jawa sementara Daeng? Apalagi kalau bukan berasal dari Bugis-Makassar.Di Makassar sendiri, pelekatan kata mas sudah sangat fasih jika memanggil penjual bakso. “Mas satu mangkuk ya “begitilah jika lidah warga Makassar memesan bakso. Lantaran sudah sangat fasih menyebut mas terhadap penjual bakso maka hampir semua penjual bakso di Makassar dipanggil mas. Tapi itu dulu. Sekarang, sejak dua tahun terakhir ini bukan hanya warga asal Pulau Jawa yang menjual bakso. Bahkan orang Makassar pun sudah ada yang mencari nafkah sebagai penjual bakso.

Sepintas lalu nyaris tidak ada yang membedakan jika melihat penampilan penjual bakso ini. Mas dan daeng sama saja. Sehingga kadangkala pembeli merasa kecewa ketika mulai mencicipi baksonya. "Mas" bakso asal Makassar biasanya “menyembunyikan” diri terhadap pembelinya. Carannya, hanya menyebut kata ya atau harga baksonya saja. Sementara pembeli memanggilnya mas, lantaran mengira mas penjual bakso ini berasal dari pulau Jawa. Nantilah terasa bahwa bakso tersebut racikan tangan Makassar ketika memulai mencicipi bakso tersebut.

Suatu hari di hadapan saya melintas penjual bakso. Lantaran lidahku hendak merasakan semangkok bakso, saya pun lalu memesan semangkok. Sebelum memesan, saya teringat temanku yang pernah membeli bakso jika melihat gerobak baksonya kecil. Dia bertanya “kau mas atau daeng”. Bukan karena mencela racikan bakso tangan Makassar tapi memang harus lebih dulu memperjelas agar saat mencicipi kita tidak kecewa. Yang pasti, cita rasa bakso mas dan bakso daeng sudah sangat berbeda. Bukan hanya cita rasa, gerobak dan cara memegang sendok pun sudah sangat berbeda. Jika bakso mas mengetuk mangkok kedengarananya perlahan tapi pasti. Tapi jika bakso daeng, wahh...seolah-olah mangkok yang diketuk tersebut akan pecah. Belum lagi model gerobak. Jika bakso daeng, gerobaknya kecil dan mempunyai sambel yang agak kasar. Seperti foto yang saya tampilkan di atas. Gerobak tersebut salah satu gerobak mas daeng. Namun, baik bakso maupun mie-nya adalah racikan asli mas.

Meski demikian kedua penjual bakso mas-daeng ini tetap bersaing secara sehat dalam mencari nafkah atau pembeli. Jika terdapat satu penjual bakso di satu lokasi, maka penjual bakso lainnya bakal pindah lokasi atau mencari lokasi lain yang dianggapnya cukup menjanjikan.

****editor4no8/7/7***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda