Langitku di Makassar

Blog ini berceritra dibalik sebuah peristiwa,keajaiban kehidupan yang kulalui selama hidupku..Ada saja hal yang terselip pada sebuah kehidupan..maka kutulislah dalam sebuah karangan kehidupan..juga ada kisah hati..selamat membaca....

Senin, 19 November 2007

Dialog dengan ikan

Hahahahhhh...bukan berarti saya manusia setengah ikan yang bisa mengerti bahas ikan atau ikan duyung. Atau seperti Paman Gober dalam sebuah cerita film kartun yang tiba-tiba menemukan seekor ikan dan bisa berdialog dengan ikan tersebut. "Ku mohon lemparkan aku ke laut lagi.Kalau kau melepaskan aku,aku akan mengabulkan segala permintaanmu" kata ikan tersebut saat Paman Gober berhasil memancingnya.
Kalau Gober bisa berkomunikasi langsung dengan ikan, atau mereka bisa saling sapa maka lain lagi dengan saya saat memulai lagi rutinitas Mingguku, yakni memancing. Lokasinya di hulu Sungai Jeneberang atau di muara Laut Makassar-Sungai Jeneberang. Sejak memancing, belum pernah rasanya dialogku ini mendapat resfon bahasa dari ikan. Yang jelas, setiap saat memancing selalu saja terbersit kalimat dari mulutku "Nah, ini dia umpan yang akan menarikmu ikan. Sekali kau mendekat maka kau akan tergiur memakan udang ini" lalu aku melemparkan jauh-jauh ke tengah laut pancing tersebut. Kalau bernasib baik atau ikan memang mendengar ucapanku tadi maka hanya berkisar 10 menit ujung pancing akan bergoyang. "Wah, pasti kau tertarik umpanku.ayo makan terus, cicipi terus hingga kau melahapnya" heheh...begitulah isi dialog para tukang pancing yang selalu bersamaku memancing di sepanjang hulu Sungai Jeneberang Makassar. Jikalau hentakan ujung pancing makin bergetar, itu pertanda ikan tidak hanya memakan umpanku tapi juga mata pancing sudah bertengger di mulutnya "Aha...kau mendengar pula bahasaku.terima kasih ikan".. Saya sadar, mungkin dengan memakan umpanku tersebut maka itulah bahasa ikan yang membalas segala bahasaku tadi terhadapnya.

Jika umpan kita berhasil dan memutar roll pancing maka semua mata tertuju kepada saya. Mereka yang ikut memancing ingin melihat ikan gerangan apa yang kudapat. Kalau ikannya selebar telapak tangan maka riuh suara bersahut-sahutan langsung terdengar. Ada yang berteriak, "ayo cepat ambil pembakaran. Ada lagi ikan yang akan kita makan bersama" suara bagiakan perompak laut, tapi kebersamaan dan kenyamanan dalam memancing seperti ini menjadi perikehidupan tersendiri sebelum esoknya menjalani lagi kejamnya kehidupan di luar sana.

Sungguh sangat nikmat dan indah ketika memancing entah di mana lokasinya. Segala penat urusan kerjaan, persoalan lain tentang dunia kerja dan kehidupan di luar akan terlupakan semua. Kadang saya lebih khusyuk saat memancing ketimbang urusan lain. Seolah kita berada di kampung yang tidak perlu tau urusan negara,urusan kota dan urusan orang lain.
Paman Gober, setelah melepaskan ikan yang bisa berbicara tersebut lalu pulang ke rumahnya. Esoknya ia kembali ke laut lalu memanggil ikan tersebut "oh ikan" panggilnya. "aku ingin mengatakan sesuatu padamu" apalagi? kata ikan. "aku ingin meminta kebaikan hatimu.membangunkan istana buat keluargaku"pinta Paman Gober lalu ia kembali dan menemukan istana di rumahnya. Begitulah hingga akhirnya Paman Gober menjadi raja. Tapi karena ketamakannya, Paman Gober kembali menjadi miskin.

Tapi beruntunglah,Paman Gober kembali sadar. Ia mengingat pesan ikan ajaib tersebut "tak ada kekuatan bahkan ajaib pun yang bisa memuaskan orang-orang yang tamak,orang-orang yang iri hati,orang-orang munafik,yang selalu mencari kesalahan orang.Berbahagialah dengan apa yang ada pada dirimu" Seadainya saya Paman Gober, maka saya hanya banyak bertanya kepada ikan tersebut. "ikan" apakah di kaummu ada temanmu yang kerjanya mencari kejelekanmu di matanya. yang selalu menilai kau jelek,lalu menceritakan kepada orang lain kabar bohong".
Jika ikan saja bisa memberi nasehat tentang kehidupan yang indah, tentang kehidupan yang damai,tentang kehidupan yang sejuk, tentang pertemanan,persahabatan dan persaudaraan maka kenapa kita manusia tidak bisa? maka kenapa ada pula ada manusia yang selalu bersifat munafik? Kita bisa terima kalau yang munafik itu adalah orang yang cukup jauh dengan kita. Tapi bagaimana sekiranya jika sifat-sifat itu ada pada teman dekat? wahh..ini lain lagi. Mungkin sebaiknya ia banyak bercerita juga dengan ikan sebelum ke dokter jiwa.

Berdialog dengan ikan, apakah mendapat resfon dari ikan tersebut atau tidak, rasanya sungguh sangat menyenangkan. Bukan saja karena nikmatnya daging ikan tapi juga hamparan laut, tempat ikan berenang bisa membuat hati kita tenang mata menjadi segar.
***ano****

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda