Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Agatu karebata Puang Arung Palakka dan
Apantu kareba Daeng Sultan Hasanuddin. Kata-kata para ulama dan rakyatmu di Bugis-Makassar ini selalu mengeluarkan sabda kita (Arung Palakka-Sultan Hasanuddin.Red:)berdua tetap tenang di alam baka sana.
Saat kutulis surat ini buluk kuduku merinding.Bukan karena ketakutan ada syetan atau kedinginan. Melainkan berdebar menyaksikan pertarungan dua kekuatan yang masing-masing mewakili aliran darahmu. Waktu kutulis surat ini, tinggal empat hari lagi anak cucumu di Sulawesi-Selatan ini akan mengetahui siapa yang akan menjadi guber
nur Sulawesi-Selatan lima tahun ke depan. Saat kau masih hidup, jelas kau belum mengenal Sulawesi-Selatan karena engkau berdua memimpin dua kerajaan yang cukup berpengaruh saat itu. Tabe' Arung Palakka. Engkau memimpin kerajaan Bone sementara Sultan Hasanuddin memimpin kerajaan Gowa-Tallo. Melalui surat ini,kukabari kepada engkau bahwa Amin Syam putra Bone kini bertarung melawan Syahrul Yasien Limpo, seorang putra Gowa untuk merebut kekuasaan menjadi Panglima Sulawesi-Selatan.
Kusyukuri puang, karena pertarungan kedua cucumu ini bukan menggunakan sebilah keris,pedang atau parang-sama ketika engkau mempertahankan kerajaanmu pada zaman kerajaan lalu. Terngiang dalam ingatanku, saat melintas di Sungguminasa Gowa-patungmu Sultan Hasanuddin terlihat gagah perkasa menaiki kuda yang jantan sambil mengacungkan sebuah keris. Memperlihatkan betapa hebatmu pada masa itu melawan dan mempertahankan sejengkal tanah dari penjajah. Begitupula engkau Arung Palakka, yang berbadan tinggi,tegap dan berambut panjang. Lalu sebuah keris engkau selipkan dalam pinggangmu sambil memegang tombak kekuasaanmu. Engkau terlihat tenang dan bersahaja.
Saat aku masih kuliah sampai sekarang pun masih kupercaya bahwa betapa engkau berdua pernah terlibat dalam sebuah pertempuran sengit. Meski dalam sejumlah catatan sejarah, bahwa Arung Palakka dianggap berkomplotan bersama Belanda melawan Sultan Hasanuddin tapi sebagai anak cucumu yang tinggal di tanah leluhurmu ini, tidak mempedulikan apa kata sejarah itu. Bahwa engkau adalah tokoh bagi kami cucumu yang masih melanjutkan perjuanganmu dalam medan dan zaman yang berbeda ini. Kami masih terus melanjutkan nilai-nilai budaya,etika dan keberanianmu dalam kehidupan ini. Bahwa dua cucumu, yaitu Amin Syam dan Syahrul Yasien Limpo tengah berjuang meraih posisi raja Sulawesi-Selatan.
Meski sebelum surat ini kutulis, sempat terlintas akan terjadi sebuah agresor di tingkat lebih bawah sebagai dampak pertarungan meraih posisi raja Celebes ini, tapi saya berharap agar darah mendidihmu Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin tidak menyala dan membara dalam tubuh Amin Syam dan Syahrul Yasien Limpo. Cukuplan engkau berdua yang merasakan taji dan keganasan pedangmu pada zaman kerajaan saat engkat mempertahankan rakyat dan tanahmu.
Rangkaian terakhir dalam suratku ini, semoga engkau Sultan Hasanuddin meneteskan darahmu yang segar buat Syahrul Yasin Limpo sehingga saat kelak terpilih menjadi raja di Sulawesi-Selatan ini, benar-benar mencerminkan putra yang merakyat meski berasal dari kalangan ningrat pejabat. Semoga Arung Palakka di alam sana juga tidak kecewa khususnya terhadap Amin Syam sehingga tanah yang kau tinggalkan ini tidak menetes darah dari cucumu sendiri hanya karena kekalahan merebut takhta singgasana istana Shangyangseri Sulawesi-Selatan.
Demikian suratku ini kutulis. Dan maafkan atas kelancangan cucumu ini yang mengadu dan melapor kepadamu. Saya yakin, Amin Syam maupun Syahrul Yasin Limpo juga sudah mengadu kepadamu meski kau telah bedara di alam baka sana.
Makassar, 12 November 2007
*****ano****
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda