Dua hari saya touring liputan di tiga daerah di Sulawesi-Selatan.Pertama-tama di kabupaten Sinjai,kemudian Bulukumba dan Banteng Sulawesi-Selatan. Ketiga daerah ini tentu mempunyai cerita yang unik dan menarik. Saya memulainya dari Kabupaten Bantaeng.
Daerah ini sangat terkenal dengan penghasil rumput laut. Hampir sepanjang jalan sejak memasuki perbatasan kabupaten ini kita bisa menyaksikan petani-petani menjemur rumput laut. Menurut Pemda setempat, rumput laut Bantaeng merupakan penghasil terbanyak rumput laut di Sulawesi-Selatan. Sementara pada level internasional, Sulawesi-Selatan merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua setelah Chile. Tapi saya tidak akan bercerita banyak tentang rumput laut. Melainkan jenis kerang yang bernama tiram. Saya tertarik membahasnya karena warga yang mencari tiram di daerah itu langsung memakannya secara mentah-mentah. orang Bantaeng menyebutnya Terang.
Sejak musim kemarau tiba atau warga Bantaeng menyebutnya musim barat di mana air laut akan surut pada sore hari-maka sejak saat itu pulalah warga pesisir di kawasan ini mencari tiram. Sudah sepekan ini puluhan ibu-ibu dan anak-anak setiap sore mencari tiram.
Berbeda saat mencari kerang. Karena tiram melengket di batu maka para pencari tiram ini juga terlihat bagaikan mencari batu. Matanya cukup awas memilah-milah batu. Memang, hampir semua batu terdapat tiram. Tapi tidak semua tiram yang menempel di batuan ini enak untuk dikonsumsi. Ada yang sudah tua. "Banyak terang pak. Sudah dua harimi saya mencari terang di sini.Tapi tidak semua bagus kita ambil", kata Syamsiah, seorang ibu pencari tiram saat saya melakukan wawancara dengannya.
Mencari tiram cukup membawa pisau. Tapi pisaunya harus yang tumpul. Soalnya, jika pisaunya tajam maka isi tiram bisa hancur. Proses memecahkannya pun harus pelan dan tidak langsung kena pada kulit tiram. "kita harus pukul batunya pak.karena kulit terang ini lemah.Jadi pukul-pukul saja di dekatnya, maka kulit terang langsung terbelah". Begitulah penjelasan para pencari tiram di Bantaeng dengan logat khas Bantaeng-Makassar. Jika isi tiram berwarnah putih ke kuning-kuningan maka pencari tiram ini langsung memakannya. Bahkan mengisap air tiram yang masih menempel di batu yang baru saja ia pecahkan. Tidak terlihat rasa mual atau jijik saat mereka memakan dan mengisap batu yang menempel tiram. "Sudah biasa. Mungkin kalau orang yang belum terbiasa akan terasa mual atau sakit." kata dg Caya.
Tiram-tiram ini, menempel di hampir semua batu yang berada di lokasi tersebut. Jika batu sebesar kepala tangan, terdapat lima hingga tujuh tiram.Tapi tidak semua tiram yang menempel itu mereka ambil. Hanya yang masih muda saja karena rasanya gurih dan enak.
Warga setempat yakin dan percaya bahwa tiram ini bisa menyembuhkan penyakit. Seperti Asam urat,penyakit kuning dan beberapa penyakit dalam lainnya. Makanya menuru warga banyak orang-orang China yang datang ke lokasi ini untuk memesan tiram. Tapi tidak sedikit pula yang langsung mencari sendiri. karena tidak sulit untuk mendapat tiram yang menempel di batuan ini.
Tapi tidak semua warga yang langsung memakan di lokasi. Ada pula yang sengaja membawa mangkok untuk mengisi tiram. Jika sudah banyak, mereka lalu mencampurnya dengan mie instant lalu merebusnya.
...***ano-25/8)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda