Langitku di Makassar

Blog ini berceritra dibalik sebuah peristiwa,keajaiban kehidupan yang kulalui selama hidupku..Ada saja hal yang terselip pada sebuah kehidupan..maka kutulislah dalam sebuah karangan kehidupan..juga ada kisah hati..selamat membaca....

Rabu, 08 Agustus 2007

Kepada Yang Terhormar Presiden RI

Maafkan atas kelancangan saya.
Inilah surat yang saya tulis pada tanggal 2 Agustus lalu. Di mana saat itu sudah sepekan lebih bencana banjir bandang dan longsor terjadi di Kabupaten Morowali Sulawesi-Tengah dan Kabupaten Luwu Sulawesi-Selatan. Jumlah korban tewas khusus di Morowali sampai sekarang masih simpang siur. Yang jelas, korban tewas lebih dari 50 warga. Sementara di Kabupaten Luwu mencapai 20-an warga. Surat ini aku tulis, karena keresahan hati melihat perlakuan yang sungguh tidak adil terpampang di depan mata. Saya merasa bahwa slogan tentang ke Indonesiaan hanyalah slogan saja tapi tidak tertanam dalam jiwa kita semua.

Surat ini aku tulis lalu mengirimnya ke milinglist tempatku bekerja, di statiun Trans Tv dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Semuanya bermuara di Jakarta.

Seperti inilah isinya. Judulnya Bencana Tanpa Senandung Ebit G Ade

Sepekan sudah cukup bagi saya menanti senandung Ebiet G Ade, Iwan Fals melantun di media-media khususnya televisi sebagai tanda duka cita atas korban bencana longsor di Morowali. Sama ketika bencana terjadi di Yogyakarta,Panganda ran dan Aceh. Semua televisi melantunkan lagu sedih dari Ebit. "Mungkin Tuhan Mulai bosan, melihat tingkah kita...."/// ////..... .......Bahkan megerahkan sebagian tenaga dengan mengundang artis-artis guna pengumpulan dana. Sepekan saya warga Indonesia di bagian Timur,menanti cara tersebut.Tapi sampai sekarang, Bencana Morowali dan Luwu benar-benar sepi dari lantunan Ebit dan semacamnya. Jangankan lantunan lagu Ebit, "mengobral" besar dengan cara pemberitaan pun sangat kecil. Bandingkan jika kejadian di Indonesia Barat????ancaman gunung meletus di Yogyakarta?semua tenaga dikerahkan,SNG, uang berlimpah ruah, team dari berbagai media diterjunkan, kesigapan pemerintah pusat sangat besar....tapi tiba saatnya saudara-saudara saya di Morowali-yang jauh dari hiruk pikuk negara Indonesia-yang selama ini hidup dengan system barter-tertimpa bencana!!!jumlah tewas`telah mencapai ratusan jiwa,anak-anak kelaparan,kehilanga n tempat tinggal,saudara- saudara, belum lagi bencana di Luwu!! Mana kreativitas itu????....apakah karena jumlah mayatnya hanya ratusan jiwa?ketimbang yang tewas`ribuan jiwa???tapi satu nyawa yang hilang tetap saja MANUSIA...
Sekadar informasi-lokasi bencana memang cukup jauh-dari butuh waktu 18 hingga 20 jam. Hidup warga di sana system barter.mungkin ada yang tak tau berbahasa Indonesia-bahkan ada rumah warga yang masih memasang foto Suharto sebagai presiden..Yah. ...sudah sangat cukup untuk tidak duakui sebagai garis negara Indonesia... .Tapi bukan ini masalahnya..
Masalahnya adalah : Kenapa pada era seperti ini rakyat-rakyat di penghujung sana masih saja diperlakukan tidak adil..??bukan hanya\n pemerintah tapi juga pihak swasta.Sungguh kita tidak adil...mayat bertebaran, bahkan sampai sekarang masih banyak yang belum dievakuasi.. tapi beritanya hanya sekelumit...Mana program yang sedih-sedih itu?bukankah di sana semua orang sedih dan layak untuk berita kesedihan?layak untuk terjual di layar kaca?layak untuk headline di media cetak..Mana running text bahwa jumlah dana yang terkumpul atas musibah bencana di Morowali Rp.sekian-sekian- sekian... Mana itu semua...?Mana kalian yang kreativ mengerahkan pikiran dan tenaga untuk kemanusiaa?Meski tidak semaksimal ketika bencana di Aceh,Yogya,Panganda ran dan Sumartra.Jika musibah terjadi di sebarang sana..semua berlomba-lomba akan meliput di lokasi bencana, akan menjadi saksi hidup...!!!. Tapi mana semangat itu????Darah kita sama saudara...merah- merah dan merah..Sungguh berbeda...teringat tahun 2006 lalu. Banjir bandang di Sinjai menewaskan dua ratusan jiwa...Oh\n Ebit,Iwan Fals...kenapa kamu juga hanya diam?????ada orang mati di sana...
Sekadar informasi-lokasi bencana memang cukup jauh-dari butuh waktu 18 hingga 20 jam. Hidup warga di sana system barter.mungkin ada yang tak tau berbahasa Indonesia-bahkan ada rumah warga yang masih memasang foto Suharto sebagai presiden..Yah. ...sudah sangat cukup untuk tidak duakui sebagai garis negara Indonesia... .Tapi bukan ini masalahnya.. ..Masalahnya adalah : Kenapa pada era seperti ini rakyat-rakyat di penghujung sana masih saja diperlakukan tidak adil..??bukan hanya pemerintah tapi juga pihak swasta..Sungguh kita tidak adil...mayat bertebaran, bahkan sampai sekarang masih banyak yang belum dievakuasi.. tapi beritanya hanya sekelumit...Mana program yang sedih-sedih itu?bukankah di sana semua orang sedih dan layak untuk berita kesedihan?layak untuk terjual di layar kaca?layak untuk headline di media cetak..Mana running text bahwa jumlah dana yang terkumpul atas musibah bencana di Morowali Rp.sekian-sekian- sekian... Mana itu semua...?Mana kalian yang kreativ mengerahkan pikiran dan tenaga untuk kemanusiaa?Meski tidak semaksimal ketika bencana di Aceh,Yogya,Panganda ran dan Sumartra..Jika musibah terjadi di sebarang sana..semua berlomba-lomba akan meliput di lokasi bencana, akan menjadi saksi hidup...!!!. Tapi mana semangat itu????Darah kita sama saudara...merah- merah dan merah...Sungguh berbeda...teringat tahun 2006 lalu. Banjir bandang di Sinjai menewaskan dua ratusan jiwa...Oh Ebit,Iwan Fals...kenapa kamu juga hanya diam?????ada orang mati di sana.....

tabe'ano (makassar)_

Saya sebenarnya tak habis pikir. Kenapa ketika bencana terjadi di Indonesia bagian Barat khususnya Pulau Jawa, semua energi tersalurkan. Bahkan pikiran dan tenaga tercurahkan buat korban. Mulai dari Satkorlak Pemda, LSM hingga mahasiswa turun ke jalan untuk menyalurkan bantuan buat korban bencana alam. Semua televisi membuat program peduli. Semua media cetak juga membuka dompet peduli dan membuat halaman khusus untuk liputan bencana alam.Saya juga masih ragu, apakah benar-benar tuduhanku bahwa negara ini sungguh tidak adil terhadap rakyatnya. Bukan hanya soal pembangunan,pembagian deviden anggaran tapi perlakuan ketidakadilan soal kemanusiaan juga terlihat di depan mata.Saya kurang paham. Apakah jiwa nasionalisme Indonesia kita berbeda atau memang sudah runtuh. Atau apakah jiwa kemanusiaan antara rakyat Indonesia memang berbeda?ataukah memang ada perbedaan melihat tingkat bencana di Indonesia?Tapi ini tidak boleh terjadi. Karena kita berada dalam satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga apapun yang terjadi di pelosok tanah air maka seharusnya perasaan kita sama.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda