Bentrokan Karebosi: Kawan Vs Kawan
Hari Rabu pekan lalu-pecahlah bentrokan antar warga di Makassar. Kalau saya istilahkan,sebenarnya bentrokan itu bukan antara musuh vs lawan atau antara Pemuda Pancasila vs Pemuda Pancasila. Melainkan kawan vs kawan. Entah siapa yang diuntungkan dari bentrokan ini.
Sejak sat itulah situasi perpolitikan tingkat lokal Makassar makin meningkat. Dua kekuatan yakni keluarga Diza Ali berhadapan dengan kekuatan Ilham Arief Sirajuddin yang saat ini tercatat sebagai walikota Makassar. Dua asset kota Makassar ini bukan orang baru yang muncul di permukaan. Diza dan Ilham merupakan sahabat sejak dulu. Bersama-sama membangun Makassar,membangun olahraga khususnya sepak bola di kota Makassar,sering bersama dalam kepanitiaan,saling telpon-telponan,saling bersenda gurau dalam sebuah kesempatan.
Sementara pada level bawah-tim Diza Ali yang menggelar aksi unjuk rasa menolak revitalisasi lapangan karebosi, juga bukanlah orang yang baru muncul. Dulunya mereka adalah aktivis di kampusnya. Sementara mereka yang pro terhadap revitalisasi atau yang mendukung kebijakan Ilham Arief Sirajuddin tak lain adalah rekan-rekan seperjuangan yang tergabung dalam tim Diza Ali. Saat mahasiswa mereka bersahabat,satu visi,satu kegiatan. Sebelum pecah bentrokan pun mereka satu paham,sering berjalan bersama,saling telpon-telponan,bersama-sama duduk di warung kopi,bersama dalam satu kepanitiaan bahkan sesama pengurus dalam sebuah organisasi. Jadi bukan orang lain yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Kebetulan, mereka juga adalah teman-temanku. Tapi sayang sekali,saat bentrokan terjadi saya sedang menikmati cuti liburanku di kabupaten Tana Toraja. Jadi wajarah jika bentrokan tersebut kuanggap kawan vs kawan. Bayangkan, baik otak penggerak massa maupun korlap di lapangan adalah sesama mereka.Hanya pada saat itu mereka berada dalam paham dan frame berpikir yang berbeda. Hanya saat itu..
Lalu apakah ini tindakan bodoh?
Saya pikir tidak. Sekilas, memang seperti itulah watak orang-orang bugis-makassar.Panas,cepat tersulutu emosi tapi yakinlah bahwa emosi ini hanya sesaat.Nilai-nilai kemanusiaan dan persahabatan masih lebih kental dalam darah orang-orang bugis-makassar.
Minggu malam-saya sempat bertemu dengan kedua kawan-kawanku yang terlibat itu. Mereka tertawa lepas,seolah tak ada beban tapi lucunya mereka masih berjanji akan bertemu di lapangan. Entah kapan,besok atau lusa.
Lalu siapa yang dirugikan dan diuntungkan atas kasus ini?
Selama masih kepentingan masyarakat umum-saya pikir kasus ini akan sangat merugikan kota Makassar jika masih terus belanjut. Bukankah revitalisasi ini nantinya akan bermanpaat bagi masyarakat umum. Akan dibuat empat lapangan sepak bola-di mana biaya satu lapangan mencapai rp. 6 Milyar. Lapangan basket,tennes dan lapangan volley. Sementara di bawah lapangan akan dibangun mall dan terminal dalam kota. Semuanya akan tertata dengan baik. Pemkot menyewakan fasum karebosi tersebut kepada swasta selama 25 tahun. Alasannya sangat sederhana. Pemkot tidak punya biaya merevitalisasi lapangan karebosi yang jumlahnya mencapai Rp. 130 milyar.
Yang diuntungkan? saya belum melihat sisi keuntungan dari bentrokan tersebut.Hanyalah kerugian yang banyak terlihat. Soalnya, mereka yang terlibat adalah teman-temanku juga dan mereka saling bermusuhan di lapangan. Bahkan banyak masyarakat yang tidak tau menahu tapi dilibatkan dalam aksi ini. Tapi saya yakin, badai akan selalu berlalu. Mereka yang terlibat ini akan bertemu lagi dalam suasana penuh keakbaraban.Karena mereka yang hidup,berjalan dan membangun Makassar ini adalah mereka-mereka juga. Bukan orang lain-merekalah jugalah yang menikmatinya. Yang penting, kami-kami rakyat kecil tetap hidup dalam kedamaian. Semoga tidak tercipta lagi bentrokan jilid dua.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda