25 Agustus 2007 tepatnya jam 17.00 Wita dua buah perahu tradisional Sandeq Race terlihat dari kejauhan. Posisi saya sore itu di anjungan pantai Losari Makassar. Sementara dua Sandeq terlihat dari jarak jauh atau ketika masih berada di ujung Pulau Lae-Lae Makassar. Lambat laun perahu yang layarnya bewarna putih itu mendekat mengikuti irama laut pantai losari Makassar. Delapan passandeq atau awak Sandeq sibuk menarik tali layar mengikuti arah angin dan lajunya air pantai losari. Hal ini mereka lakukan agar laju Sandeq tetap mengarah ke garis finish.
Selama sembilan hari, sejak tanggal 17 Agustus lalu-berlangsung Sandeq Race. Star di pelabuhan Mamuju-Malunda-Majene hingga ke Polewali Sulawesi-Barat. Jarak tempuh masing-masing sehari tiba di pelabuhan-pelabuhan tersebut. Tanggal 20 Agustus barulah Passandeq ini menuju ke Sulawesi-Selatan. Wilayah pertama yang mereka singgahi adalah di kota Parepare kemudian menuju Kabuten Barru dan finish di Pantai Losari Makassar. Horts Liebner, ketua panitia pelaksana menyebutkan, hanya satu perahu Sandeq yang gugur lantaran perahunya hancur di tengah laut. Tapi, awaknya tetap selamat. Maklumlah, para passandeq ini orang yang sudah hafal seluk beluk perairan Sulawesi. Total jarak yang mereka arungi sepanjang 300 Mil laut.
Setiap Sandeq diikuti oleh delapan crew atau passandeq: Satu awak yang bertindak sebagai punggawa atau nahkoda yang duduk di buritan Sandeq. Karena namanya Punggawa-maka tugasnya mengatur managemen Sandeq dan awak lainnya. Yang lain disebut Pambeso baya-baya yang tugasnya sebagai penarik tali damam yang duduk di belakang punggawa. Satu lagi disebut pambeso taina baya-baya-ikut membantu menarik tali damam yang duduk di depan nahkoda atau punggawa. Lima awak lainnya disebut pattimbang yang diberi tugas menyeimbangkan perahu. Mereka ini berdiri di patir kapal yang akan menyeimbangkan jika sewaktu-waktu kapal sandeq oleng.
Tugas lain lima awak tersebut antara lain, mengamati,menaikan dan menurunkan layar jika tak ada angin yang mendorong lajunya kapal, mendayung perahu,menghentakan perahu ke depan agaar perahu bisa melaju serta mengamati lingkungan laut.
Para passandeq itu kini memarkir perahunya di sepanjang pantai losari Makassar. Perahu-perahu ini berjejer di tepi pantai losari. Sesekali mereka atraksi di tengah laut jika passandeq merasa jenuh di daratan. Atau jika penonton meminta mereka untuk atraksi.
Sandeq Race-boleh disebut sebagai ajang F1-nya para nelayan di Sulawesi-Selatan dan Sulawesi-Barat. Malah ajang ini lebih menantang, keras dan mendebarkan ketimbang F1. Bayangkan saja, kerasnya ombak di tengah lautan, melawan arus,laut dan angin-para passandeq dengan berani dan gagah menaklukan aral tersebut. Meski tidak menggunakan mesin dan hanya mengandalkan alam-para nelayan ini mampu mengarungi laut 40/Km perjam. Sungguh menakjubkan. Tak ada mesin tapi suara menderu dari layar sandeq yang berkembang bagaikan suara pesawat ketika sudah mendarat atau saat kita masih berada di atas udara.
Sandeq Race dimulai pada tahun 1995 silam. Setiap tahun atraksi sandeq digelar. Rutenya pun tetap sama. Star di Mamuju Sulbar dan finish di pantai Losari Makassar. Saat tiba di Pantai Losari Makassar-atraksi kemudian berubah nama menjadi Pesta Bandar Makassar. Nah dalam event ini-kita dapat menyaksikan atraksi para nelayan. Setiap hari lomba perahu katinting atau perahu nelayan juga ikut atraksi dan adu kecepatan.
***99no**/25/08**
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda