Minggu malam, duka mendalam menyatroni Trans Tv. Seorang rekan seperjuanganku dari komunitas anak daerah yang kerja di Trans tv menghadap sang maha kuasa. Sekitar jam 22.00 Wita saya menerima informasi dari seorang rekanku koresponden Trans tv Bandung-kerap disapa Iwong. Setiap informasi baik yang terselubung maupun terkuak di depan mata-Iwong selalu SMS ke saya. Biasalah, kami memang komunitas anak daerah. Komunitas anak jalanan-di mana prinsip-prinsip kemanusiaan,persaudaraan dan komitmen,solidaritas di atas segala-galanya. Materi, ideologi dan perbedaan-kami buang jauh-jauh.Mohon doa atas bang Ucok. Aku sempat menjawab, kenapa bisa-apa terkena gempa?
Dua menit kemudian, Mas Teguh langsung telpon. Nah, temanku yang satu ini selalu menyampaikan hal yang super serius kepada saya. Makanya, jika ada telpon masuk ke HP ku dan tertera nama Teguh-wah..saya sudah sangat yakin-ada hal yang serius. Dan benar saja, Teguh bilang "No, saudara kita bang Ucok meninggal dunia karena stroke. Kasitau teman-teman anak daerah". Aku cuma bilang iya...tak ada embel-embel lain lalu kukirimlah SMS ke sejumlah teman-temanku yang nomor HPnya tercatat dalam memori phonselku.
Bang haji Ucok-memang saya tidak pernah bersua dengannya. Tapi sebagai anak daerah-dalam peta Indonesia, antara Makassar-Jambi cukup sangat jauh. Tapi dalam hal jurnalisme sungguh sangat dekat apalagi kerja dalam satu team. Setiap saya ke Jakarta-teman-temanku yang lain bercerita tentang bang Ucok. Memang setiap bertemu dengan teman-teman di news pasti selalu bercerita tenang anak daerah. Lucu, unik bertubuh gempal dan selalu mengundang minat untuk melihatnya. Itulah bang Ucok. Sayang sekali, tak sekalipun saya berjabat tangan dengannya-apalagi melihatanya. Tapi itu bukan persoalan,karena kami setautan dalam komunitas anak daerah-anak jalanan.
Ah bang Ucok. Kau telah meninggalkan kami semua dalam keadaan magfirah. Engkau pasti tersenyum saat memejamkan matamu yang terakhir meski sakit fisik menimpamu. Engkau pasti senyum karena telah bertemu dengan sang Khalik yang membawamu ke alam keabadian. Baktimu sebagai jurnalis telah kau perlihatkan.Karena sangat sayangnya sang Khalik kepadamu-engkau bertemu denganNYA saat ramadhan ini.
Engkau salah satu penyaksi di muka bumi ini yang selalu mewartakan kepada manusia tentang peradaban manusia di Jambi dan sekitarnya. Dan kini engkau mewartakan kepada dunia lain yang nun jauh. Matinya seorang penyaksi-bukan matinya kesaksian. Di mana-mana engkau akan selalu menjadi penyaksi. Selama jalan kawanku, sang jurnalis sejati.