Langitku di Makassar

Blog ini berceritra dibalik sebuah peristiwa,keajaiban kehidupan yang kulalui selama hidupku..Ada saja hal yang terselip pada sebuah kehidupan..maka kutulislah dalam sebuah karangan kehidupan..juga ada kisah hati..selamat membaca....

Kamis, 22 November 2007

Betul Sudah Menang

Memang sudah ada yang pemenang. Tapi saya mau yang pemenang sejati dan yang kalah harus haqqul yakin. Begitupula rakyat yang memilih-jangan ada yang kecewa. Tapi kapan impian seperti ini terjadi ??? semoga Gubernur terpilih ini bisa menciptakan rakyat Sulsel yang sejati,berani, tangguh dan lebih maju dalam bertindak.
Selamat buat pak syahrul dan agus arifin nu'mang..

....ano....

Senin, 19 November 2007

Driver ngomong tentang mahasiswa

Hari ini saya makan siang bersama office boy dan driver Bank Mega. Di saat yang bersamaan ada aksi unjuk rasa mahasiswa di samping kantor ini. Seorang driver berkomentar, heran juga melihat mahasiswa di Indonesia. Di luar sana, kita menonton mahasiswa membuat robot, mobil tapi mahasiswa di sini tutup jalan dan berkelahi. ...

****ano***

Dialog dengan ikan

Hahahahhhh...bukan berarti saya manusia setengah ikan yang bisa mengerti bahas ikan atau ikan duyung. Atau seperti Paman Gober dalam sebuah cerita film kartun yang tiba-tiba menemukan seekor ikan dan bisa berdialog dengan ikan tersebut. "Ku mohon lemparkan aku ke laut lagi.Kalau kau melepaskan aku,aku akan mengabulkan segala permintaanmu" kata ikan tersebut saat Paman Gober berhasil memancingnya.
Kalau Gober bisa berkomunikasi langsung dengan ikan, atau mereka bisa saling sapa maka lain lagi dengan saya saat memulai lagi rutinitas Mingguku, yakni memancing. Lokasinya di hulu Sungai Jeneberang atau di muara Laut Makassar-Sungai Jeneberang. Sejak memancing, belum pernah rasanya dialogku ini mendapat resfon bahasa dari ikan. Yang jelas, setiap saat memancing selalu saja terbersit kalimat dari mulutku "Nah, ini dia umpan yang akan menarikmu ikan. Sekali kau mendekat maka kau akan tergiur memakan udang ini" lalu aku melemparkan jauh-jauh ke tengah laut pancing tersebut. Kalau bernasib baik atau ikan memang mendengar ucapanku tadi maka hanya berkisar 10 menit ujung pancing akan bergoyang. "Wah, pasti kau tertarik umpanku.ayo makan terus, cicipi terus hingga kau melahapnya" heheh...begitulah isi dialog para tukang pancing yang selalu bersamaku memancing di sepanjang hulu Sungai Jeneberang Makassar. Jikalau hentakan ujung pancing makin bergetar, itu pertanda ikan tidak hanya memakan umpanku tapi juga mata pancing sudah bertengger di mulutnya "Aha...kau mendengar pula bahasaku.terima kasih ikan".. Saya sadar, mungkin dengan memakan umpanku tersebut maka itulah bahasa ikan yang membalas segala bahasaku tadi terhadapnya.

Jika umpan kita berhasil dan memutar roll pancing maka semua mata tertuju kepada saya. Mereka yang ikut memancing ingin melihat ikan gerangan apa yang kudapat. Kalau ikannya selebar telapak tangan maka riuh suara bersahut-sahutan langsung terdengar. Ada yang berteriak, "ayo cepat ambil pembakaran. Ada lagi ikan yang akan kita makan bersama" suara bagiakan perompak laut, tapi kebersamaan dan kenyamanan dalam memancing seperti ini menjadi perikehidupan tersendiri sebelum esoknya menjalani lagi kejamnya kehidupan di luar sana.

Sungguh sangat nikmat dan indah ketika memancing entah di mana lokasinya. Segala penat urusan kerjaan, persoalan lain tentang dunia kerja dan kehidupan di luar akan terlupakan semua. Kadang saya lebih khusyuk saat memancing ketimbang urusan lain. Seolah kita berada di kampung yang tidak perlu tau urusan negara,urusan kota dan urusan orang lain.
Paman Gober, setelah melepaskan ikan yang bisa berbicara tersebut lalu pulang ke rumahnya. Esoknya ia kembali ke laut lalu memanggil ikan tersebut "oh ikan" panggilnya. "aku ingin mengatakan sesuatu padamu" apalagi? kata ikan. "aku ingin meminta kebaikan hatimu.membangunkan istana buat keluargaku"pinta Paman Gober lalu ia kembali dan menemukan istana di rumahnya. Begitulah hingga akhirnya Paman Gober menjadi raja. Tapi karena ketamakannya, Paman Gober kembali menjadi miskin.

Tapi beruntunglah,Paman Gober kembali sadar. Ia mengingat pesan ikan ajaib tersebut "tak ada kekuatan bahkan ajaib pun yang bisa memuaskan orang-orang yang tamak,orang-orang yang iri hati,orang-orang munafik,yang selalu mencari kesalahan orang.Berbahagialah dengan apa yang ada pada dirimu" Seadainya saya Paman Gober, maka saya hanya banyak bertanya kepada ikan tersebut. "ikan" apakah di kaummu ada temanmu yang kerjanya mencari kejelekanmu di matanya. yang selalu menilai kau jelek,lalu menceritakan kepada orang lain kabar bohong".
Jika ikan saja bisa memberi nasehat tentang kehidupan yang indah, tentang kehidupan yang damai,tentang kehidupan yang sejuk, tentang pertemanan,persahabatan dan persaudaraan maka kenapa kita manusia tidak bisa? maka kenapa ada pula ada manusia yang selalu bersifat munafik? Kita bisa terima kalau yang munafik itu adalah orang yang cukup jauh dengan kita. Tapi bagaimana sekiranya jika sifat-sifat itu ada pada teman dekat? wahh..ini lain lagi. Mungkin sebaiknya ia banyak bercerita juga dengan ikan sebelum ke dokter jiwa.

Berdialog dengan ikan, apakah mendapat resfon dari ikan tersebut atau tidak, rasanya sungguh sangat menyenangkan. Bukan saja karena nikmatnya daging ikan tapi juga hamparan laut, tempat ikan berenang bisa membuat hati kita tenang mata menjadi segar.
***ano****

Jumat, 16 November 2007

Benarkah kita sudah JUJUR

Kamis, 15 November 2007. Sore hari disaat yang bersamaan terjadi keributan massa pendukung ASMARA atau Amin Syam-Mansur Ramli (paket Pilkada calon gubernur Sulsel) di kantor Panwaslu Sulsel. Bertemulah saya dengan sejumlah teman kuliahku di warung kopi Kopizone. Mulai pembicaraan di mana saya bekerja sampai ke soal Pilkada. Lalu tiba akhirnya berbicara soal iman dan universal dalam kejujuran.

Kuikuti diskusi ini walau hanya sekejap karena pikiranku melayang di kantor Panwaslu. Tapi kuikuti dengan sedikit seksama. Salah satu awal dialog adalah bahwa kita tidak boleh memandang orang dari luarnya saja, merupakan perbincangan umum yang orang sudah dipahami dan kumaklumi juga. Katanya kita tidak boleh menyimpulkan tentang seseorang hanya melihat kulit luarnya saja. Ya..betul. Teringat ketika rambutku masih gondrong hingga ke pertengahan punggungku, celana yang kupakai sengaja kulubangi,kurobek seolah preman atau anak jalanan lainnya. Perjuangan yang kulakukan saat itu hanyalah mau memperlihatkan kepada orang lain-bahwa yang mereka lihat saat ini adalah simbol luarnya saja. Bukan simbol kepribadian seseorang. Bukan wakil seutuhnya tentang manusia. Sehingga suatu hari ketika saudaraku perempuan pulang ke kampung menggunakan angkutan umum lalu diseblahnya duduk pria gondrong. "Ah adiku juga gondrong, tidak mungkin pemuda di sampingku ini akan bertindak jelek terhadapku. Saya pasti akan aman" pikir saudaraku saat itu. Dan terbukti.
Ceritaku bersambung soal temanku yang tiba-tiba berbicara soal iman dan kejujuran. Iman menurutnya bersifat universal dan merupakan perjanjian antara diri kita manusia dengan Tuhan sejak kita lahir di dunia ini. Cuma sayang sekali, seandainya hati manusia bisa dibelah untuk menyaksikan dan membuktikan nilai-nilai iman seseorang. Bukan hanya melihat dari tingkat sholatnya seseorang lalu kita bisa menjastifikasi bahwa dia benar-benar beriman. Betul juga. Bukankah kita sering membaca di media, kyai pesantren memperkosa anak didiknya, bapak setubuhi anaknya, banyak pejabat akhirnya dipenjara. Bukankah mereka dengan seksama mempertontonkan sholat di hamparan dunia ini?seringkali menghadiri zikir akbar? lalu kemudian dipenjara. Okelah. Stop soal itu. Coba kita berpikir.Suatu waktu saat kita hendak Sholat Isya pada tengah malam. Tak ada orang melihat,menyaksikan kecuali merasakan. Apakah diantara kita, ada yang mau menambah lima rakaat sholatnya? atau mengurangi rakaatnya?

Bandingkan di negara lain, negara yang telah maju. Di mana nilai ibadah tidak terlalu ditampakan di depan umum. Ibadah adalah urusan pribadi atau urusan antara hati manusia dengan Tuhan. Kalau kita menyimpan uang,phonsel atau benda berharga di depan rumah, atau di atas meja, yakinlah bahwa barang itu tidak akan hilang. Meski kita tinggalkan. Mengapa? karena manusia di sana, masing-masing menjadikan kejujuran sebagai nilai-nilai kehidupan. Orang Jepang ketika mulai bekerja pada pagi hari, mereka lebih dulu bersumpah akan berbakti kepada perusahaan dan bangsanya. Sehingga saat bekerja mereka bersungguh-sungguh, jujur, tulus dan ikhlas. Sekarang, mari kita kembali ke diri kita masing-masing. Jujurkah kita dalam bekerja, ikhlaskan kita dalam bekerja? lalu tuluskah kita dalam bersahabat dan berteman. Lalu jujurkan juga kita dalam mengoreksi orang? atau jujurkah juga tulisan ini?

****ano***






Rabu, 14 November 2007

Selamat Pagi Kantorku

Pagi ini, 14 November saya kembali masuk kantor. Maklumlah, bosku di Jakarta sudah sebulan ini memang telah menyiapkan kantor untuk para anak buahnya yang bekerja di kota Makassar dan sekitarnya. Kenapa saya baru masuk lagi? karena selama empat hari saya mencoba bermesra dengan rutinitasku sebelum bos menyiapkan kantor di Makassar yakni membidik orang-orang yang lagi marah karena tidak tercapai cita-citanya. Yah..soal Pilkada di Kabupaten Takalar Sulawesi-Selatan.

Berbeda ketika berada di luar dan di dalam ruangan. Satu hal yang cukup membedakan adalah terik matahari atau panas bahkan pernah seharian hujan deras. Sementara jika di dalam ruangan, ya kulit kita tersapu oleh sejuknya AC. Dasar saya yang selama ini hanya berkenalan dengan alam, bergaul dengan rutinitas penikmat terik matahari-jadi mata selalu terasa ngantuk jika telah memasuki kantor. Cukup sulit rasanya beradaptasi dengan kondisi seperti ini. Masih tertanam dalam benak dan hatiku "lebih baik saya disuruh bekerja di medan perang,kerusuhan dan bencana daripada harus duduk di kursi belakang meja seperti ini". Suatu hari ketika terjadi bencana di Pangandaran Jawa Barat, saya bertugas di kantor. Tak tahan rasanya berada di dalam kantor, meski udara sejuk tapi hati terasa panas. Akhirnya aku hanya duduk melongo,melihat hampa ke luar ruangan. Beberapa temanku tertawa menyaksikan perilaku yang tak diundang ini hingga dalam benaku. Seorang tukang edit visual menyapaku "biasa. suatu saat nanti kau akan merasakan juga dan sudah akan terbiasa"begitulah sarannya. Lalu tak lama kemudian, suara perintah berat terngiang di telingaku "pengiriman team kedua ke Pangandaran. Namanya ini itu dan ini". Kebetulan, namaku yang paling pertama disebut.

Kini nyaris setiap pagi aku disapa oleh security,dibukakan pintu lalu melangkahlah kakiki memasuki kantor. Dan ahh...semilir AC langsung menembus kulitku. Sedikit saja aku memalingkan leherku ke kiri-senyuman dari karyawan Bank Mega seolah menyertai kesejukan AC masuk ke pori-pori kulitku. Selangkah demi selangkah akhirnya tiba juga di ruangan kantorku. Lalu kumulailah satu persatu rutinitas kantor. Nyalakan AC,periksa perabot rumah tangga kantor, cek ketersediaan telpon dan faks. nyalakan televisi, dan aku harus memilih channal statiun tempatku bekerja, lalu listing berita ke team yang sudah sejak pagi mengitari Makassar dan sekitarnya. Lalu, kucatat dan kutulis di papan whiteboard. Dan tugas akhir adalah listing ke imel Korda. Cukup??? belum. Karena saya harus memantau perkembangan demi perkembangan kehidupan kota Makassar dan Sulawesi-Selatan. Ini jikalau tidak ada persoalan teknis dan mental yang melanda teamku. Dan mau tak mau harus dipecahkan.

KEHIDUPAN. Kata temanku, kehidupan ini sulit dan ganas jadi apapun harus dilakukan untuk mempertahankan hidup. Kadang harus egois dan idealis.Tergantung perikehidupan apa yang kita hadapi. Soalnya, banyak orang yang mengaku suci,bersih tapi tidak sadar sejumlah trik kehidupan yang ia lakoni justru menimbulkan kemunafikan. "ahh..saya malas kalau bicara seperti ini. Di sekitarku banyak orang mengaku suci dan bersih". Dan semoga sifat fitnah tidak selalu keluar dari mulut ini.

KEHIDUPAN. Tak ada skenario atau strategi yang paling jitu kecuali skenario alam yang telah dibentuk oleh garis tangan melalui Ilahi. Kita boleh mencipta,mengatur strategi tapi seseorang punya garis tangan. Apalagi jika niatnya memang sudah fitnah dan kufur, maka ahh...kata gaulnya "mending ke laut aje...."

KEHIDUPAN : Akhirnya tibalah saya di kantor seperti ini. Tak pernah terbersit jika perikehidupanku seperti ini dan aku harus lakoni. Bahwa Ilahi memang sudah mengatur sedemikian rupa langkah makhluknya di muka bumi ini. Selama menjadi pekerja terik matahari, aku hanya menjalani begitu saja. Jalani perintah alam, menjalani perintah anak jalanan dan bergaul bersama orang-orang. Ada yang suci,preman,mengaku sok suci hingga tertunduk lesu jika bertemu. Macam-macamlah perilaku manusia yang Tuhan pertemukan denganku. Ada manusia yang begitu ganasnya alias preman tapi solidernya sungguh menakjubkan. Manusia memang berbeda. Beginilah KEHIDUPAN.


...........ano............


Selasa, 13 November 2007

Suratku Buat Arung Palakka-Sultan Hasanuddin

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Agatu karebata Puang Arung Palakka dan Apantu kareba Daeng Sultan Hasanuddin. Kata-kata para ulama dan rakyatmu di Bugis-Makassar ini selalu mengeluarkan sabda kita (Arung Palakka-Sultan Hasanuddin.Red:)berdua tetap tenang di alam baka sana.

Saat kutulis surat ini buluk kuduku merinding.Bukan karena ketakutan ada syetan atau kedinginan. Melainkan berdebar menyaksikan pertarungan dua kekuatan yang masing-masing mewakili aliran darahmu. Waktu kutulis surat ini, tinggal empat hari lagi anak cucumu di Sulawesi-Selatan ini akan mengetahui siapa yang akan menjadi gubernur Sulawesi-Selatan lima tahun ke depan. Saat kau masih hidup, jelas kau belum mengenal Sulawesi-Selatan karena engkau berdua memimpin dua kerajaan yang cukup berpengaruh saat itu. Tabe' Arung Palakka. Engkau memimpin kerajaan Bone sementara Sultan Hasanuddin memimpin kerajaan Gowa-Tallo. Melalui surat ini,kukabari kepada engkau bahwa Amin Syam putra Bone kini bertarung melawan Syahrul Yasien Limpo, seorang putra Gowa untuk merebut kekuasaan menjadi Panglima Sulawesi-Selatan.

Kusyukuri puang, karena pertarungan kedua cucumu ini bukan menggunakan sebilah keris,pedang atau parang-sama ketika engkau mempertahankan kerajaanmu pada zaman kerajaan lalu. Terngiang dalam ingatanku, saat melintas di Sungguminasa Gowa-patungmu Sultan Hasanuddin terlihat gagah perkasa menaiki kuda yang jantan sambil mengacungkan sebuah keris. Memperlihatkan betapa hebatmu pada masa itu melawan dan mempertahankan sejengkal tanah dari penjajah. Begitupula engkau Arung Palakka, yang berbadan tinggi,tegap dan berambut panjang. Lalu sebuah keris engkau selipkan dalam pinggangmu sambil memegang tombak kekuasaanmu. Engkau terlihat tenang dan bersahaja.

Saat aku masih kuliah sampai sekarang pun masih kupercaya bahwa betapa engkau berdua pernah terlibat dalam sebuah pertempuran sengit. Meski dalam sejumlah catatan sejarah, bahwa Arung Palakka dianggap berkomplotan bersama Belanda melawan Sultan Hasanuddin tapi sebagai anak cucumu yang tinggal di tanah leluhurmu ini, tidak mempedulikan apa kata sejarah itu. Bahwa engkau adalah tokoh bagi kami cucumu yang masih melanjutkan perjuanganmu dalam medan dan zaman yang berbeda ini. Kami masih terus melanjutkan nilai-nilai budaya,etika dan keberanianmu dalam kehidupan ini. Bahwa dua cucumu, yaitu Amin Syam dan Syahrul Yasien Limpo tengah berjuang meraih posisi raja Sulawesi-Selatan.

Meski sebelum surat ini kutulis, sempat terlintas akan terjadi sebuah agresor di tingkat lebih bawah sebagai dampak pertarungan meraih posisi raja Celebes ini, tapi saya berharap agar darah mendidihmu Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin tidak menyala dan membara dalam tubuh Amin Syam dan Syahrul Yasien Limpo. Cukuplan engkau berdua yang merasakan taji dan keganasan pedangmu pada zaman kerajaan saat engkat mempertahankan rakyat dan tanahmu.

Rangkaian terakhir dalam suratku ini, semoga engkau Sultan Hasanuddin meneteskan darahmu yang segar buat Syahrul Yasin Limpo sehingga saat kelak terpilih menjadi raja di Sulawesi-Selatan ini, benar-benar mencerminkan putra yang merakyat meski berasal dari kalangan ningrat pejabat. Semoga Arung Palakka di alam sana juga tidak kecewa khususnya terhadap Amin Syam sehingga tanah yang kau tinggalkan ini tidak menetes darah dari cucumu sendiri hanya karena kekalahan merebut takhta singgasana istana Shangyangseri Sulawesi-Selatan.

Demikian suratku ini kutulis. Dan maafkan atas kelancangan cucumu ini yang mengadu dan melapor kepadamu. Saya yakin, Amin Syam maupun Syahrul Yasin Limpo juga sudah mengadu kepadamu meski kau telah bedara di alam baka sana.
Makassar, 12 November 2007

*****ano****








Selasa, 06 November 2007

Apa Yang Akan Terjadi di Kampungku

Hari ini banyak yang pusing,bingung akan terjadi apa di kotaku ini,kota tercinta Makassar. Ibu kota provinsi Sulawesi-Selatan dimana rakyatnya sebanyak 5,2 juta baru saja mencoblos calon gubernur, 5 November. Bingung dan pusing setelah media-media menyebarkan berita hasil quick count Pilkada Sulsel tahun 2007. Dan hasil ketiganya pun berbeda. PT Lingkar Survey Indonesia telah mengumumkan hasil Quic Qountnya "Pertama-tama yang saya sampaikan kepada teman-teman wartawan bahwa saya ucapkan selamat kepada pasangan Syahrul Yasien Limpo-Agus Arifin Nu'mang yang telah memenangkan pilkada pertama di provinsi ini" kata Widdi Aswindi Strategic Director PT LSI dengan mantap dan sangat yakin akan hasil surveynya. Setengah jam kemudian media centre Golkar mengeluarkan hasil yang cukup mengejutkan. Pasangan Amin Syam-Mansur Ramli paket yang diusung Partai Golkar jauh mengungguli dua paket lainnya terutama rivalnya Syahrul Yasien Limpo. Begitupula, hari ini aku baca di media. Tim Pejuang Azis Kahar-Mubil Handaling juga mengeluarkan hasil survey yang lebih mengejutkan lagi. Pasangan ini juga menang.

Dari segi informasi atau strategi issu-cara ini memang sangat jitu untuk saling counter. Tapi yang dibuat pusing, bingung adalah massa akar rumput. Tentu mereka ini akan berjuang habis-habisan untuk memenangkan dukungannya. Meski KPU baru akan mengumumkan pertengahan bulan ini, tapi dalam benak massa akar rumput atau rakyat adalah paket mereka sudah menang. Kalau sudah terjadi seperti ini, maka yang sangat dicemaskan adalah timbulnya gesekan di akar rumput. Bagi ketiga paket, tentu tidak akan merasakan terik panas matahari untuk demo,aksi. Bahkan tidak akan merasakan lemparan batu atau semburan gaz air mata jika polisi menghalau massa. Mereka pasti akan duduk tenang di rumahnya ditemani secangkir kopi,ruangan ber AC. Memang, uang mereka akan terkuras.Tapi apakah uang mampu membayar sebuah nyawa,luka dan kekejaman politik????...

Saya mengakui bahwa kami warga Bugis-Makassar sungguh sangat unik dibanding daerah lainnya. Warga di sini boleh dikatakan sangat ekstreem jika membantu orang atau jika melaksanakan sebuah pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Nyawa pun akan menjadi sebuah taruhan untuk mempertahankan sebuah siri' atau keyakinan. Dua paket yang menjadi rival terberat dalam Pilkada Sulsel mempunyai massa dimana nilai siri'nya sangat dalam. Bahwa membantu calon ini, kita harus menang apapaun taruhannya. Bahwa hasil survey yang tersiar sekarang-sudah diyakini oleh masing-masing massa akar rumput sebagai sebuah kemenangan.

Saya tidak menyalahkan hasil yang dikeluarkan tim survey tersebut. Ini adalah proses belajar dalam berdemokrasi. Tapi saya juga tidak menyalahkan sebuah keyakinan yang akan tercurahkan dalam sebuah tindakan.

Realitas politik-pemandangan sebuah politik yang kotor dan bengis. Seandainya tidak ada yang disebut politikus, ataukah negara ini-daerah ini tidak perlu dipimpin oleh seseorang yang dihasilkan dari proses politik maka bisakah pula rakyat akan menjadi tentram,aman dan damai. Kata temanku, kalau mau damai dan nyaman,jauh dari hiruk pikuk kebengisan maka hiduplah di hutan. Ataukah sebaiknya kita manusia di kota ini kembali saja ke kampung halaman. Membangun sebuah peradaban kampung,peradaban asli kemanusian bukan kehidupan yang dibuat-buat seperti di perkotaan.

****ano****

Minggu, 04 November 2007

Tiba Saatnya Pilkada di Kampungku

Tibalah saatnya pemilihan gubernur Sulawesi-Selatan atau tepatnya di kampung halamanku, jazirah yang dihuni tiga suku. Bugis,Makassar dan Toraja. Senin 5 November sebanyak empat juta lebih warga di tiga suku tersebut akan mencoblos calon pilihan hatinya. Apakah pasangan Amin Syam-Mansur Ramli atau mereka memperkenalkan diri dengan istilah ASMARA, ataukah paket Syahrul Yasien Limpo-Agus Arifin Nu'mang "SAYANG" atau paket Abdul Aziz Kahar Muzakkar-Mubyil Handaling. Insya Allah, senin sore atau 5 November sudah ada bayangan siapa yang akan memenangkan pertarungan ini.

Tim sukses di tiga paket ini-umumnya berkawan dengan saya. Atau setidaknya, banyak yang aku kenal karena sejak mahasiswa saya berkawan dengan mereka. Sehingga jika saya menemui diantara mereka, sungguh keyakinannya sangat luar biasa akan memenangkan Pilkada Sulsel. Yah..wajar kan karena mereka tim suksek. Kalau tidak yakin, buat apa mereka capek siang dan malam memikirkan dan bekerja buat memenangkan paketnya. Sambil mengkalkulasikan suara. Syahrul akan didukung penuh oleh suku Makassar.Mulai Gowa,Takalar,Jeneponto,Bantang,Selayar dan sebagian Bulukumba. Sementara Amin Syam akan mencuri suara penuh dari kampung halamannya di kabupaten Bone. Ditambah suara dari wakilnya Mansur Ramli melalui sebagian Luwu dan Bone. Tapi wakil Syahrul yakni Agus Arifin Nu'mang akan menambah pundi suara SAYANG lewat kampung halamannya di Kabupaten Sidrap alian masih tercatat sebagai suku Bugis. Sementara Azis Kahar akan meraup suara dari Luwu karena memang dia berasal dari bumi Sawerigading-tempat lahirnya Kahar Muzakkar ayah kandung Azis Kahar. Kawasan yang jadi rebutan adalah Wajo,Enrekang,Soppeng,Toraja,Bulukumba dan Sinjai. Tapi melihat suasana kampanye-massa Syahrul di beberapa lokasi selalu dipadati ribuan orang. Lalu apakah massa bisa menjamin?belum pasti. Soalnya survey-survey di Makassar masih selalu menguntungkan pihak ASMARA.

Dua paket yakni ASMARA dan SAYANG adalah paket yang sangat bersiteru selama kampanye berlangsung. Saling sindir,saling kecam hingga saling beradu jargon kerapkali terlihat pada saat kampanye. Tim SAYANG melalui jargon Pendidikan gratis dbalas oleh tim ASMARA yang mengambil istilah Sekolah Gratis. Tujuannya sebenarnya sama saja.Obyeknya adalah masyarakat,rakyat mereka sendiri. Tapi saya belum yakin jika jualan atau bualan seperti ini bakal dirasakan oleh rakyat Sulawesi-Selatan. Begitupula saat tim Syahrul membumikan istilah Don't Lock Back kemudian dijawab oleh Mansur Ramli Please Lock Back. Ketika Syahrul seringkali berorasi pilihlah yang cerdas,muda dan energik. Ke esokan harinya tim Amin-Mansur juga berorasi, saya ini professor pernah menjabat sebagai rektor. Lalu kemudian dijawab oleh Syahrul Jangan remehkan doktor dari Universitas Hasanuddin. Saat Syahrul memperdengarkan kepada masyarakat soal kesehatan lalu dibalas oleh tim Amin Syam dengan kalimat sakit sosial. Selama kampanye berlangsung, yang terjadi adalah saling balas,adu kecerdikan dihadapan ribuan massa atau simpatisan. Rakyat ini tidak tahu menahu-yang mereka tau hanyalah akan berlangsung Pilkada tanggal 5 November. Soal rayuan gombal,jargon Dll hanyalah orang-orang kota yang tau. Karena hanya merekalah nanti yang akan merasakan hasil dari Pilkada ini. Orang-Orang kampung tetap seperti biasa. Lalu kemudian muncul paket Azis Kahar-Mubil Handaling. Setiap orasi kampanye yang disampaikan adalah selalu alami,kesederhanaan. Ah...saat saya menjadi moderator diskusi pilkada yang menampilkan Azis Kahar-Saya bertanya "Pak Azis-bagaimana mungkin memimpin Sulsel kalau harus selalu bersifat alami-jalani saja.Sementara disekitar anda adalah politikus elit,cerdik dan lihai.Apakah akan alami juga melihat mereka"...Memimpin Sulsel haruslah juga dibutuhkan sebuah pengalaman, bukan alami begitu saja.

Yah..5 November menjadi saksi masa depan Sulawesi-Selatan. Siapa yang akan terpilih menjadi gubernur maka kami sudah bisa meraba Sulsel ke depan. Amin Syam-Mansur adalah paket yang tawadhu,tenang dan bersahaja. Sementara paket Syahrul-Agus Arifin adalah paket yang muda,cerdas, telaten dan selalu menggebu-gebu oleh semangat muda. Sementara paket Azis Kahar, adalah paket alami. Banyak yang bilang, siapa yang menguasai KPUD maka dia akan memenangkan Pilkada.Tapi saya bilang, tidak sepenuhnya juga benar,tapi bisa juga tepat. Entahlah...Muncul pula diskusi warung kopi-kejujuran dan ketidakjujuran akan menjadi "hiasan" tersendiri dalam pemungutan suara nanti. Tunggu saja 5 November.




...ano...